Sumber-mu : PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN LEARNING IS FUN - Dari judulnya sangat menarik. Ada juga mengenai CTL dan juga Konsep Pendidikan Seumur Hidup. Selanjutnya simak materi berikut ini.
Oleh Drs. Anwar Fuady, M.Ed
Widyaiswara Madya P4TK-BMTI Bandung
Learning is fun. Belajar itu
menyenangkan. Tapi, siapa yang menjadi stakeholder dalam proses
pembelajaran yang menyenangkan itu? Jawabannya adalah siswa. Siswa harus
menjadi arsitek dalam proses belajar mereka sendiri. Kita semua
setuju bahwa pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari
setiap peserta didik. Karena proses belajar yang menyenangkan bisa
meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan
produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses
belajar, faktor motivasi merupakan kunci utama. Seorang guru harus
mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macam
motif dalam belajar. Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh
seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”,
yaitu (1) motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan
tugas-tugas yang diberikan), (2) motivasi instrumental (siswa
belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment), (3)
motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin
dihargai), dan (4) motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin
menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang
diberikan oleh gurunya).
Dalam
paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah
perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional
yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah
pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan
bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran.
Sedangkan pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya
adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan
menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry & discovery
learning. Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan
terjadinya pembelajaran berbasis masalah. Siswa sebagai stakeholder
terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang untuk belajar
menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka.
Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini siswa
akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan
strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara
individu/kelompok. Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang
berorientasi pada masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental
profesional, yang disebut researchmindedness dalam pola pikir siswa,
sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan.
Mengapa Pakem. Pakem yang
merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang
melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses
pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi
(siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).
Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’
(membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.
(siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).
Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’
(membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.
Peranan Seorang Guru. Agar
pelaksanaan Pakem berjalan sebagaimana diharapkan, John B. Biggs and
Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987,
edisi kedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah
pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang
guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa:
-
Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka,
-
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan,
-
Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka,
-
Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka,
-
Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain berikutnya.
-
Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.
-
Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa,
-
Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri,
-
Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
-
Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa,
-
Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning) pada siswa.
-
Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.
Selanjutnya bentuk-bentuk
pertanyaan yang dapat menggugah terjadinya ”pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan” (Pakem), bisa diterapkan antara lain dalam
salah satu kegiatan belajar kelompok (studi kasus). Menurut Wassermen
(1994), pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang dalam untuk
sebuah solusi atau yang bersifat mengundang, bukan instruksi atau
memerintah. Misalnya dengan menggunakan kata kerja : menggambarkan,
membandingkan, menjelaskan, menguraikan atau dengan
menggunakan kata-kata: apa, mengapa atau bagaimana dalam kalimat
bertanya. Berikut adalah beberapa contoh bentuk pertanyaan yang
bisa memberikan respon kreatif terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
-
Jelaskan bagaimana situasi ini bisa ditangani secara berbeda ?
-
Bandingkan situasi ini dengan situasi sekarang !
-
Ceriterakan contoh yang sama dengan pengalaman Anda sendiri !
Para siswa bisa juga diminta
untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang nampaknya sesuai dengan semua
skenario. Contoh pertanyaan-pertanyaan berikut dapat memprovokasi
siswa untuk berpikir tentang kasus yang dibahas.
-
Apa yang Anda bayangkan sebagai kemungkinan dari akibat tindakan tersebut ?
-
Dengan melihat kebelakang, bagaimana Anda menilai diri Anda sendiri ?
-
Dengan mengatakan yang sesungguhnya, apa kesimpulan Anda tentang isu penting itu ?
Proses
pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam pelaksanaan
konsep Pakem jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya
selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi,
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan
mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui
proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan
tanggung jawab utama para guru dalam paradigma baru pendidikan ”bukan
membuat siswa belajar” tetapi ”membuat siswa mau belajar”, dan juga
”bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi ”mengajarkan cara bagaimana
mempelajari mata pelajaran”. Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan:
”Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan
lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya
bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti
mereka akan mengerti”.
Penilaian Hasil Belajar. Sebuah
pertanyaan untuk direnungkan. Apakah sebuah ”Penilaian Mendorong
Pembelajaran ?” atau apakah ”pembelajaran itu untuk mempersiapkan
sebuah tes ? ” atau apakah ’Pembelajaran dan Tes’ tersebut dilakukan
guna mendapatkan pengakuan tentang kompetensi yang diperlukan siswa atau
sekolah? Dalam pelaksanaan konsep Pakem, penilaian dimaksudkan untuk
mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam
proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses
dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama
mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output)
adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi
dari setiap Mata Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum.
Inilah yang disebut efektif dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus
dilakukan dan diakui secara komulatif. Penilaian harus mencakup paling
sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini tentu saja
melibatkan Professional Judgment dengan memperhatikan sifat
obyektivitas dan keadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma
(PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian
alternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran Model Pakem.
Media dan bahan ajar. ”Media dan
Bahan Ajar” selalu menjasi penyebab ketidakberhasilan sebuah proses
pembelajaran di sekolah. Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana di
antara para pendidik/guru kita dalam melaksanakan tugas mengajar mereka
di sekolah adalah tidak tersedianya ’media pembelajaran dan bahan ajar’
yang cukup memadai. Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada
korelasi antara ketersediaan ’media bahan ajar’ di sekolah dengan
keberhasilan pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah
satu penyebab ketidakberhasilan proses pemblajarn siswa di sekolah
adalah kurangnya media dan bahan ajar.
Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah
sudah menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar
bahwa ”sekolah tidak punya dana untuk itu”!.
Dalam pembelajaran Model Pakem,
seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif
untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah,
murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata
pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia
seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu
mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik,
para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran
alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan
baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik,
tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang
proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Dalam kesempatan melakukan studi
banding di Jerman, saya melihat bagaimana seorang guru fisika di sebuah
Sekolah Kejuruan (Berlin) menggunakan alat peraga simulasi (Holikopter)
yang dibuat dari kertas karton yang diapungkan didepan kelas dengan
menggunakan sebuah blower untuk memudahkan para siswa dalam memahami
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan mata pelajaran fisika
tersebut. Proses pembelajarannya mudah dipahami dan sangat
menyenangkan. Media simulasi ini tidak dibeli sudah jadi, tetapi
dirancang oleh seorang guru mata pelajaran fisika itu sendiri. Saya kira
inilah yang disebut guru yang kreatif. Jadi, model
’pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan’, atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu mahal. Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola fikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya.
’pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan’, atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu mahal. Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola fikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya.
Dalam merancang sebuah media
pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang
guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta
didik, seperti disebutkan dalam pendekatan ’Quantum Learning’ dan
Learning Style Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya
tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan.
Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup representatif
digunakan adalah media elektronik (Computer – Based Learning).
Selanjutnya skenario penyajian ’bahan ajar’ harus dengan sistem modular
dengan mengacu pada pendekatan Bloom Taksonomi. Ini dimaksudkan agar
terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel,
tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru.
Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran
adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam
Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario
penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus
dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian
diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses
pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful
Learning).
http://gurupkn.wordpress.com/2008/04/27/paradigma-baru-dalam-pendidikan-dan-pembelajaran-learning-is-fun/
No comments: