Sumber-mu : Ilmu Pendidikan Islam - Hakikat Ilmu-Pengertian-Syarat dan Karakteristik Ilmu - Sebelum ke pembahasan lebih lanjut, ada materi yang juga ternasuk penting untuk disimak yaitu Ciri-ciri belajar dan juga Konsep Pendidikan Seumur Hidup, untuk selanjutnya simak materi berikut ini. Apakah ilmu itu? Moh. Nazir, Ph.D
(1983:9) mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan, baik
natura atau pun sosial, yang sudah terorganisir serta tersusun secara
sistematik menurut kaidah umum. Sedangkan Ahmad Tafsir (1992:15)
memberikan batasan ilmu sebagai pengetahuan logis dan mempunyai bukti
empiris. Sementara itu, Sikun Pribadi (1972:1-2) merumuskan pengertian
ilmu secara lebih rinci (ia menyebutnya ilmu pengetahuan), bahwa :
“ Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia
fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience)
dengan menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey,
studi kasus, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh
fikiran atas dasar hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan
diolah dengan cara analitis, induktif, kemudian ditentukan relasi antara
data-data, diantaranya relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan
relasi-relasi disusun menurut suatu sistem tertentu yang merupakan suatu
keseluruhan yang terintegratif. Keseluruhan integratif itu kita sebut
ilmu pengetahuan.”
Di lain pihak, Lorens Bagus
(1996:307-308) mengemukakan bahwa ilmu menandakan seluruh kesatuan ide
yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang sama dan saling keterkaitan
secara logis.
Dari beberapa pengertian ilmu di atas
dapat diperoleh gambaran bahwa pada prinsipnya ilmu merupakan suatu
usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan atau
fakta yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan
sehari-hari, dan dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti
dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian
ilmiah (observasi, eksperimen, survai, studi kasus dan lain-lain)
2. Syarat-Syarat Ilmu :
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut
- ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti. Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek material dan obyek formal. Obyek formal merupakan obyek konkret yang disimak ilmu. Sedang obyek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
- ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilimiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Almack (1939) mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesutu interrelasi. Selanjutnya pada bagian lain Moh. Nazir mengemukakan beberapa kriteria metode ilmiah dalam perspektif penelitian kuantitatif, diantaranya: (a) berdasarkan fakta, (b) bebas dari prasangka, (c) menggunakan prinsip-prinsip analisa, (d) menggunakan hipotesa, (e) menggunakan ukuran obyektif dan menggunakan teknik kuantifikasi. Belakangan ini berkembang pula metode ilmiah dengan pendekatan kualitatif. Nasution (1996:9-12) mengemukakan ciri-ciri metode ilimiah dalam penelitian kualitatif, diantaranya : (a) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting, (b) peneliti sebagai instrumen penelitian, (c) sangat deskriptif, (d) mementingkan proses maupun produk, (e) mencari makna, (f) mengutamakan data langsung, (g) triangulasi, (h) menonjolkan rincian kontekstual, (h) subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, (i) mengutama- kan perspektif emic, (j) verifikasi, (k) sampling yang purposif, (l) menggunakan audit trail, (m)partisipatipatif tanpa mengganggu, (n) mengadakan analisis sejak awal penelitian, (o) disain penelitian tampil dalam proses penelitian.
- Pokok permasalahan(subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji. Mengenai focus of interest ini Husein Al-Kaff dalam Kuliah Filsafat Islam di Yayasan Pendidikan Islam Al-Jawad menjelaskan bahwa ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka masalah masalah yang sederhana tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia (world view), sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi (Husein Al-Kaff, Filsafat Ilmu,)
3. Karakteristik Ilmu
Di samping memiliki syarat-syarat
tertentu, ilmu memiliki pula karakteristik atau sifat yang menjadi ciri
hakiki ilmu. Randall dan Buchler mengemukakan beberapa ciri umum ilmu,
yaitu : (1) hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama,
(2) Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan,
dan (3) obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi.
Pendapat senada diajukan oleh Ralph Ross dan Enerst Van den Haag bahwa
ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif (Uyoh
Sadulloh,1994:44).
Sementara, dari apa yang dikemukakan oleh
Lorens Bagus (1996:307-308) tentang pengertian ilmu dapat didentifikasi
bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak kontradiksi
dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan ilmu,
ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan
akurat. Artinya, usaha untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan
melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki
keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang
memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan
dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal
Sementara itu, Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut : (1) obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif, (2) koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan; (3) reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi, (4) valid;
produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan
tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun
eksternal, (5) memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum, (6) akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan (7) dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
===============
Daftar Pustaka
Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung PS-IKIP Bandung.
Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.
Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Filsafat_Ilmu,http://members.tripod.com/aljawad/artikelfilsafat_ilmu.htm
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar Harapan.
Mantiq, http://media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.
Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina Sari Insani (Yaasin)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/hakikat-ilmu/
No comments: