Kedudukan Tauhid Dalam Sistem Ajaran Islam
A. Kedudukan Tauhid Dalam Sistem Ajaran Islam
Sebelum membaca Kedudukan tauhid dalam sistem ajaran islam, baca juga Amal Yang Utama dalam Islam. Kedudukan
tauhid dalam sistem ajaran islam adalah paling sentral dan paling esensial.
Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari
seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai.
Apa yang dikendaki oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang
bertauhid, dan tidak akan menerima otoritas dan petunjuk, kecuali
otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh,
total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan
kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan
kehendak-Nya.
Dalam ajaran islam, tauhid tersimpul dalam kalimat “Laailaahaillallah” yang artinya “ Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dengan mengatakan “ Tidak ada Tuhan selain Allah” seorang manusia-tauhid, memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau Maha Pencipta ( Tauhidur Rububiyah), dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya ( Tauhidul Uluhiyyah).
Kalimat tersebut sesungguhnya mengandung nilai pembebasan bagi manusia.
Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari
penyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT. Dengan bertauhid
kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan
juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak
ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya.
Setiap manusia adalah hamba Allah SWT yang berstatus sama, yang
membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣]
:artinya
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. ( QS. Al Hujraat : 13).
Sementara
itu sebagian masyarakat penganut islam masih belum memahami arti
tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum
mencari status manusiawinya. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan dari
masyarakat muslim sekarang ini. Dapat dikatakan bahwa keterbelakangan
ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi social, dan pelbagai macam
kejumudan lainnya yang diderita oleh masyarakat muslim, sesungguhnya
berakar pada kemerosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan
restorasi dan rekonstruksi manusia muslim, baik secara individual maupun
kolektif, tauhid merupakan masalah pertama dan terpenting untuk segera
disegarkan dan diluruskan.
Suatu
hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa komitmen manusia tauhid
tidak saja terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan
juga mencakup hubungan horizontal dengan sesama manusia dan seluruh
makhluk, dan hubungan- hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah
SWT. Kehendak Allah SWT ini memberikan visi kepada manusia tauhid untuk
membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai- nilai utama dan
mengusahakan tegaknya keadilan social.
Visi
ini dapat memunculkan misi kepada manusia tauhid yaitu manusia tauhid
terinfirasi untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan
kehendak Allah SWT. Misi ini menuntut serangkaian tindakan agar kehendak
Allah SWT terwujud menjadi kenyataan, dan misi ini merupakan bagian
integral dari komitmen manusia tauhid kepada Allah SWT. Misi manusia
tauhid untuk mengubah dunia, menegakkan kebenaran dan keadilan,
merealisasikan pelbagai nilai utama, dan memberantas kerusakan di muka
bumi ( fasadul fil ardi), bukan sekedar suatu derivative,
melainkan merupakan bagian integral dari komitmen manusia tauhid kepada
Allah SWT. Dengan misi ini juga akan terwujud suatu bentuk kehidupan
social yang adil dan etis.
B. Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Muslim
Tauhid
mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim. Diantara fungsi-
fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern adalah :
a. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.
Sampai
sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung
mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka
juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin
mereka, tanpa daya piker kritis serta keberanian untuk mengkritik.
Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak
bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh
di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا [٣٣:٦٦]
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan
dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada Rasul". ( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada Tuhan selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah” berarti
seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq
atau ciptaan-Nya. Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk
melaksanakan “tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad ila ‘ibadatillahi ” atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
b. Mengajarkan
emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa
nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu
kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan
penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran
jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang
seperti ini.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣]
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤]
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. ( QS. Al- Furqon :
43-44).
c. Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maksudnya
ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat
kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang
abstrak, potensial, maupun yang konkret. Namun kenyataannya umat muslim
sekarang berada dalam suatu ironi ( keterbalikan) dimana kemiskinan,
kelaparan dan kebodohan belum juga teratasi; jarak antara si kaya dengan
si miskin semakin tajam; keadilan dan kejujuran semakin langka; seta
kebenaran semakin mudah direkayasa di tengah – tengah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi
justru demi upaya pembebasan dan memudahkan manusia ( umat muslim
khususnya) dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup mereka.
d. Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia.
Apabila
tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat menjadikan islam
tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia dan mampu menjembatani wilayah-
wilayah peradaban local menjadi peradaban mondial karena tauhid
merupakan paradigma dari metode ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu
pengetahuan umat islam. Sebagai bukti banyak ilmuan kelas dunia yang
lahir dari dunia islam dan karya- karyanya telah menjadi bidan bagi kelahiran ilmu pengetahuan dan peradaban barat modern.
e. Sebagai
pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan
secara konsisten.
Dengan
menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan
perintah yag ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian
hidup yang tak terhingga. Karena telah di tanjapkan dalam hati bahwa
tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
f. Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai
pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan
kata lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan maupun kejadian yang
terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan
sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia
mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang
tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah
dan tiada Tuhan selain Dia.
Dengan
diketahuinya fungsi- fungsi tauhid oleh umat islam serta mereka dapat
dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan maka mereka akan menjadi
manusia tauhid yang memiliki cirri-ciri positif, yaitu :
1. Memiliki
komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk
menjalankan pesan dan perintah Allah SWT sesuai dengan kadar
kemampuannya.
2. Menolak pedoman hidup yang datangnya bukan dari Allah SWT. Dalam kontek
masyarakat manusia, penolakannya berarti emansipasi dan pengembangan
kebebasan esensialnya dari seluruh belenggu buatan manusia, supaya
komitmennya pada Allah SWT menjadi utuh dan kukuh.
3. Bersikap
progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas
kehidupannya, adat- istiadatnya, tradisi dan faham hidupnya. Bila dalam
penilaiannya ternyata terdapat unsure- unsure syirik dalam arti luas,
maka ia selalu bersedia untuk berubah dan mengubah hal- hal itu agar
sesuai dengan pesan- pesan Ilahi. Manusia tauhid progresif kareana ia
tidak pernah menolak setiap perubahan yang positif.
4. Tujuan
hidupnya sangat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya
hanyalah untuk Allah SWT semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai-
nilai kekuasaan dan kesenangan hidup tanpa tujuan.
5.
Memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang harus
dibangunnya bersama manusia lain; suatu kehidupan yang harmonis antar
sesama manusia; dan ia akan terdorong untuk mengubah dunia dan
masyarakat sekelilingnya sehingga semangat untuk berkarya bagi
kemaslahatan umat.
C. Realita Implementasi Tauhid Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat
Konsep
awal dari tauhid adalah menempatkan Allah sebagai Rabb. Allah telah
menciptakan alam semesta sebagai khaliq (pencipta), dan kita adalah
makhluk (yang diciptakan). Sehingga, manusia harus tunduk pada
penciptanya. Konsep ini merupakan konsep paling pokok dalam aqidah,
sehingga jika seseorang belum mengimani hal ini, ia tidak dapat dianggap
sebagai seorang muslim yang lurus.
Akan
tetapi, konsep tauhid dalam tataran yang lebih luas tidak cukup hanya
dengan membenarkan bahwa Allah itu Maha Esa. Tauhid sejatinya memerlukan
manifestasi dalam realitas empiris. Jika tauhid kita artikan
peng-esakan tuhan, maka pengakuan kita bahwa tuhan hanya ada satu dan
artinya kita hanya harus fokus pada satu tuhan, tidak lebih dan tidak
kurang, dan tidak lain hanyalah Allah SWT. Salah satu aplikasi sosialnya
adalah tidak adanya peramal atau dukun, artinya kita hanya percaya pada
Allah yang bisa memberikan pertolongan, bukan dukun atau peramal.
Makna
lain dari Tauhid adalah kesetiaan dan ketaatan kita terhadap Tuhan.
Kita bertauhid berarti kita mengikat diri dengan kita kepda Tuhan, janji
untuk taat terhadap segala aturan yang Dia berikan. Kita tidak bisa
dikatakan sebagai orang yang bertauhid ketika kita melanggar janji kita
dengan Tuhan, ketika kita mengingkari perintahny, meskipun kita tetap
percaya dan teguh bahwa Tuhan itu Esa. Artinya, tidak cukup dengan
mengesakan Tuhan tanpa melakukan ibadah-ibadah yang diperintahkanNya,
baik ibadah spiritual maupun sosial.
Tidak
bisa kita pungkiri jika saat ini banyak orang percaya Tuhan itu Esa,
mengaku bahwa Muhammad itu Nabi mereka, akan tetapi mereka tidak pernah
sekalipun melakukan penyembahan terhadapNya baik sholat ataupun puasa
atau yang lainnya, mereka juga tidak peka terhadap kehidupan sekitarnya,
mereka tidak menghiraukan ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi
didekatnya. Hal ini menunjukkan bahwa Tauhid hanya menjadi panjangan
hati saja tanpa implikasi sosial yang berarti.
Makna
ini juga mempunyai sisi lain yang dapat dan harus kita implementasikan
dalam kehidupan sosial. Kesetiaan dan ketaatan adalah sebuah keniscayaan
yang harus kita miliki selama kita menginginkan kehidupan yang tentram.
Karena hanya dengan keduanya kita bisa membangun kepercayaan orang lain
terhadap kita. Kita harus setia terhadap aturan dan hukum sosial yang
ada, kita juga harus setia dan taat terhadap segala janji yang kita
ucapkan terhadap orang lain. Ini adalah pondasi kita untuk menggapai
kesejahteraan bersama sebagai makhluk yang oleh Plato disebut Zoon
Politicon atau makhluk yang bermasyarakat.
Jika
kita ingat sebuah perkataan Nabi yang menyatakan bahwa jika kita
berjanji lalu kita mengingkari, maka kita masuk dalam golongan
orang-orang munafik. Maka sama dengan hal ini, jika kita tidak setia dan
tidak taat terhadap janji kita dalam ranah sosial, maka itu berarti
bahwa kita “munafik sosial”.
No comments: